Obat Generik
Percakapan yang menarik, beberapa hari lalu saya menelfon seorang teman deket saya, panjang lebar kami mengobrol hingga pembicaraan membahas masalah obat generik. Temenku adalah seorang bidan, saya kira dia tahu banyak apa sebenarnya obat generik itu, tapi ternyata dugaan saya salah. Dia yang notabenenya berkecimpung didunia kesehatan malah tidak begitu paham apa itu obat generik.
Untuk itu saya mencoba mencari beberapa sumber tentang obat generik itu sebenarnya obat yang bagaimana?, berikut penjelasanya...
Menurut Wikipedia Obat generik adalah obat
yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua
perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat
generik, yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo
yang dipasarkan dengan merek kandungan zat aktifnya. Dalam obat generik
bermerek, kandungan zat aktif itu diberi nama (merek). Zat aktif
amoxicillin misalnya, oleh pabrik ”A” diberi merek ”inemicillin”,
sedangkan pabrik ”B” memberi nama ”gatoticilin” dan seterusnya, sesuai
keinginan pabrik obat. Dari berbagai merek tersebut, bahannya sama:
amoxicillin.
Zat Aktif
Dari sisi zat aktifnya (komponen utama obat) , antara obat generik
(baik
berlogo maupun bermerek dagang), persis sama dengan obat paten. Namun
Obat generik lebih murah dibanding obat yang dipatenkan.
Mutu
Mutu obat generik tidak berbeda dengan obat paten karena bahan bakunya
sama. Ibarat sebuah baju, fungsi dasarnya untuk melindungi tubuh dari
sengatan matahari dan udara dingin. Hanya saja, modelnya beraneka ragam.
Begitu pula dengan obat. Generik kemasannya dibuat biasa, karena yang
terpenting bisa melindungi produk yang ada di dalamnya. Namun, yang
bermerek dagang kemasannya dibuat lebih menarik dengan berbagai warna.
Kemasan itulah yang membuat obat bermerek lebih mahal.
Merupakan program Pemerintah Indonesia yang diluncurkan pada 1989 dengan tujuan memberikan alternatif obat bagi masyarakat, yang dengan kualitas terjamin, harga terjangkau, serta ketersediaan obat yang cukup.
Tujuan OGB diluncurkan untuk memberikan alternatif obat yang terjangkau dan berkualitas kepada masyarakat. Soal mutu, sudah tentu sesuai standar yang telah ditetapkan karena diawasi secara ketat oleh Pemerintah. Hanya bedanya dengan obat bermerek lain adalah OGB ini tidak ada biaya promosi, sehingga harganya sangat terjangkau dan mudah didapatkan masyarakat.
Awalnya, OGB diproduksi hanya oleh beberapa industri farmasi BUMN. Ketika OGB pertama kali diluncurkan, Departemen Kesehatan RI gencar melakukan sosialisasi OGB sampai ke desa-desa. Saat ini program sosialisasi ini masih berjalan walaupun tidak segencar seperti pada awal kelahiran OGB. Pada awalnya, produk OGB ini diproduksi untuk memenuhi kebutuhan obat institusi kesehatan pemerintah dan kemudian berkembang ke sektor swasta karena adanya permintaan dari masyarakat.
OGB mudah dikenali dari logo lingkaran hijau bergaris-garis putih dengan tulisan "Generik" di bagian tengah lingkaran. Logo tersebut menunjukan bahwa OGB telah lulus uji kualitas, khasiat dan keamanan sedangkan garis-garis putih menunjukkan OGB dapat digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat.
Menurut informasi yang dihimpun KOMPAS.COM pangsa pasar obat generik cenderung stagnan berkisar 10 persen hingga 11 persen di Indonesia. Namun, volume penjualan obat generik membesar. Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Maura Linda Sitanggang dalam temu media terkait penyelenggaraan konvensi bahan baku obat internasional Convention on Pharmaceutical Ingredients Southeast Asia (CPhl SEA), di Kementerian Kesehatan, Jumat (4/5/2012) kemarin.
Volume penjualan obat generik terus membesar dan kini mencapai sekitar 40 persen dari penjualan obat nasional. Di negara-negara maju, volume penjualan obat generik mencapai 80 persen.
Peningkatan penggunaan obat generik terutama untuk obat penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes, ujar Linda . Penderita kedua penyakit itu mengonsumsi obat secara teratur dalam waktu panjang. Penggunaan obat yang kualitasnya sama dengan obat bermerek, tetapi berharga jauh lebih murah sangat membantu pengguna.
Linda mengatakan, obat generik tidak kalah baiknya dengan obat bermerek karena sudah melalui standardisasi mutu sehingga masyarakat tidak perlu ragu mengonsumsinya.
Komentar