Wisanggeni
Setelah susah payah saya mendownload pagelaran audio wayang dari situs Wayang Prabu akhirnya saya bisa mendengar salah satu persembahan Ki Enthus Susmono salah satu dalang top di Indonesia dengan gayanya yang sedikit lain dari yang lain. Pakemnya yang sering kali mbeling (kreasi sendiri) membuat kesenian wayang lebih mudah dipahami oleh generasi muda seperti saya. Dua malam ini saya menikmati pagelaran audio dengan lakon Wisanggeni Lahir.
Bambang Wisanggeni adalah nama seorang tokoh pewayangan yang tidak
terdapat dalam wiracarita Mahabharata, karena merupakan asli ciptaan
pujangga Jawa. Ia dikenal sebagai putra Arjuna yang lahir dari seorang
bidadari bernama Dresanala, putri Batara Brahma. Wisanggeni merupakan
tokoh istimewa dalam pewayangan Jawa. Ia dikenal pemberani, tegas dalam
bersikap, serta memiliki kesaktian luar biasa.
Kelahiran
Kisah
kelahiran Wisanggeni diawali dengan kecemburuan Dewasrani, putra Batari
Durga terhadap Arjuna yang telah menikahi Dresanala. Dewasrani merengek
kepada ibunya supaya memisahkan perkawinan mereka. Durga pun menghadap
kepada suaminya, yaitu Batara Guru, raja para dewa.
Atas desakan
Durga, Batara Guru pun memerintahkan agar Batara Brahma menceraikan
Arjuna dan Dresanala. Keputusan ini ditentang oleh Batara Narada selaku
penasihat Batara Guru. Ia pun mengundurkan diri dan memilih membela
Arjuna.
Brahma yang telah kembali ke kahyangannya segera menyuruh
Arjuna pulang ke alam dunia dengan alasan Dresanala hendak Batara Guru
jadikan sebagai penari di kahyangan utama. Arjuna pun menurut tanpa
curiga. Setelah Arjuna pergi, Brahma pun menghajar Dresanala untuk
mengeluarkan janin yang dikandungnya secara paksa.
Dresanala pun
melahirkan sebelum waktunya. Durga dan Dewasrani datang menjemputnya,
sementara Brahma membuang cucunya sendiri yang baru lahir itu ke dalam
kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa.
Narada diam-diam
mengawasi semua kejadian tersebut. Ia pun membantu bayi Dresanala
tersebut keluar dari kawah. Secara ajaib, bayi itu telah tumbuh menjadi
seorang pemuda. Narada memberinya nama Wisanggeni, yang bermakna "racun
api". Hal ini dikarenakan ia lahir akibat kemarahan Brahma, sang dewa
penguasa api. selain itu, api kawah Candradimuka bukannya membunuh
justru menghidupkan Wisanggeni.
Atas petunjuk Narada, Wisanggeni
pun membuat kekacauan di kahyangan. Tidak ada seorang pun yang mampu
menangkap dan menaklukkannya, karena ia berada dalam perlindungan
Sanghyang Wenang, leluhur Batara Guru. Batara Guru dan Batara Brahma
akhirnya bertobat dan mengaku salah. Narada akhirnya bersedia kembali
bertugas di kahyangan.
Wisanggeni kemudian datang ke Kerajaan
Amarta meminta kepada Arjuna supaya diakui sebagai anak. Semula Arjuna
menolak karena tidak percaya begitu saja. Terjadi perang tanding di mana
Wisanggeni dapat mengalahkan Arjuna dan para Pandawa lainnya.
Setelah
semuanya jelas, Arjuna pun berangkat menuju Kerajaan Tunggulmalaya,
tempat tinggal Dewasrani. Melalui pertempuran seru, ia berhasil merebut
Dresanala kembali.
Sifat dan Kesaktian
Secara fisik, Wisanggeni digambarkan sebagai pemuda yang terkesan angkuh. Namun hatinya baik dan suka menolong. Ia tidak tinggal di dunia bersama para Pandawa, melainkan berada di kahyangan Sanghyang Wenang, leluhur para dewa. Dalam hal berbicara, Wisanggeni tidak pernah menggunakan bahasa krama (bahasa Jawa halus) kepada siapa pun, kecuali kepada Sanghyang Wenang.
Kesaktian Wisanggeni dikisahkan melebihi putra-putra Pandawa lainnya, misalnya Antareja, Gatutkaca, ataupun Abimanyu. Sepupunya yang setara kesaktiannya hanya Antasena saja. Namun bedanya, Antasena bersifat polos dan lugu, sedangkan Wisanggeni cerdik dan penuh akal.
Secara fisik, Wisanggeni digambarkan sebagai pemuda yang terkesan angkuh. Namun hatinya baik dan suka menolong. Ia tidak tinggal di dunia bersama para Pandawa, melainkan berada di kahyangan Sanghyang Wenang, leluhur para dewa. Dalam hal berbicara, Wisanggeni tidak pernah menggunakan bahasa krama (bahasa Jawa halus) kepada siapa pun, kecuali kepada Sanghyang Wenang.
Kesaktian Wisanggeni dikisahkan melebihi putra-putra Pandawa lainnya, misalnya Antareja, Gatutkaca, ataupun Abimanyu. Sepupunya yang setara kesaktiannya hanya Antasena saja. Namun bedanya, Antasena bersifat polos dan lugu, sedangkan Wisanggeni cerdik dan penuh akal.
Kematian
Menjelang meletusnya perang Baratayuda, Wisanggeni dan Antasena naik ke Kahyangan Alang-alang Kumitir meminta restu kepada Sanghyang Wenang sebelum mereka bergabung di pihak Pandawa. Akan tetapi, Sanghyang Wenang telah meramalkan, pihak Pandawa justru akan mengalami kekalahan apabila Wisanggeni dan Antasena ikut bertempur.
Setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya Wisanggeni dan Antasena memutuskan untuk tidak kembali ke perkemahan Pandawa. Keduanya rela menjadi tumbal demi kemenangan para Pandawa. Mereka pun mengheningkan cipta. Beberapa waktu kemudian keduanya pun mencapai moksa, musnah bersama jasad mereka.
Menjelang meletusnya perang Baratayuda, Wisanggeni dan Antasena naik ke Kahyangan Alang-alang Kumitir meminta restu kepada Sanghyang Wenang sebelum mereka bergabung di pihak Pandawa. Akan tetapi, Sanghyang Wenang telah meramalkan, pihak Pandawa justru akan mengalami kekalahan apabila Wisanggeni dan Antasena ikut bertempur.
Setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya Wisanggeni dan Antasena memutuskan untuk tidak kembali ke perkemahan Pandawa. Keduanya rela menjadi tumbal demi kemenangan para Pandawa. Mereka pun mengheningkan cipta. Beberapa waktu kemudian keduanya pun mencapai moksa, musnah bersama jasad mereka.
Biografi Wisanggeni tersebut saya kutip dari Wikipedia Ensiklopedia Bebas Bahasa Indonesia tentang Wisanggeni. Bagi temen-temen yang ingin menikmati pagelaran audio wayang karya Ki Enthus Susmono dengan lakon Wisanggeni Lahir dapat didownload disini.
Kesenian wayang adalah pencerminan dari kehidupan nyata bagi kita, disana ada banyak tokoh dengan berbagai sifat yang menggambarkan kehidupan nyata, mempelajari kesenian wayang sama seperti kita belajar kehidupan. Sebagai pemilik budaya tersebut sudah selayaknya kita ikut melestarikan kebudayaan warisan bangsa ini.
Komentar